Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Damaiyanti, 2008).
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak (nurse87, 2009).

B. Penyebab
a) Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Terjadi bila tugas-tugas perkembangan pada setiap tahap tidak terpenuhi atau kegagalan individu dalam menyelesaikan pada fase tumbuh kembangnya. Adapun tugas perkembangan yang berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal dapat dilihat pada tabel berikut
Tahap perkembangan Tugas Akibat kegagalan
Masa bayi Mentapkan landasan rasa percaya Rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri
Masa toddler Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri Ketergantungan, tidak mampu menerima tanggung jawab
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif dan rasa tanggung jawab serta hati nurani Ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang percaya diri, pesimis, takut perilaku salah
Masa sekolah belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkomfromi Frustasi terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan menarik diri dari lingkungan
Masa pra remaja Menjadi intim dengan teman sesame jenis Keraguan atas identitas dan depersonalisasi
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis dan tidak tergantung pada orang tua Ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri yang kurang
Masa dewasa awal Menjadi saling tergantung dengan orang tua dan teman, menikah, memiliki anak Menghhindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir
Masa dewasa tengah Belajar menerima Perhatian yang tertuju pada diri sendiri, produktifitas dan kreatifitas berkurang, perhatian pada orang lain berkurang
Masa dewasa akhir Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterkaitan dengan budaya Perilaku menarik diri


2) Faktor biologis.
Organ tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social. Misalnya kelainan struktur otak dan struktur limbic diduga menyebabkan skizofrenia. Pada klien skizofrenia terdapat gambaran struktur otak yang abnormal; otak atrofi, perubahan ukuran dan bentuk sel limbic dan daerah kortikal.
3) Faktor sosiokultural
Norma-norma yang salah di dalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan gangguan hubungan social. Misalkan pada pasien lansia, cacat, dan penyakit kronis yang diasingkan dalam lingkungan.

b. faktor presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori antara lain:
1) Stressor sosiokultural
Adalah stress yang ditimbulkan oleh social dan budaya masyarakat. Kejadian atau perubahan dalam kehidupan social budaya memicu kesulita berhubungan dengan orang lain dan cara berperilaku.
2) Stressor psikologis
Adalah stress yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan mengatasinya .

c. Prilaku
Perilaku pada klien meliputi :
1) Kurang spontan
2) Apatis (tidak mengacuhkan lingkungan)
3) Ekspresi wajah murung
4) Tidak mau merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5) Menurunnya atau tidak adanya komunikasi verbal
6) Tidak atau kurang sadar lingkungan sekitarnya
7) Intake makan dan minum terganggu
8) Retensi urin dan vases
9) Aktivitas menurun
10) Kurang harga diri

d. Mekanisme koping
Mekansme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing gangguan social yaitu :
1) regresi yaitu perkembangan atau tingkah laku yang mundur
2) proyeksi yaitu kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain.
3) represi yaitu mengesampingkan impuls atau ingatan yang menyakitkan
4) isolasi yaitu menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar













BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian
Pengkajian pada pasien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi:
Adapun hal-hal yang perlu dikaji dalam wawancara yaitu (budi Anna, 2009:
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Pasien mengatakn hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Pasien merasa lambat dan bosan menghabiskan waktu
5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Pasien merasa tidak berguna
7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
B. Pohon Masalah








C. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pohon masalah diatas, maka diagnose keperawatannya adalah (pendahuluan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, editor Budi Santoso)
1. Gangguan sensori/presepsi; halusinasi pendengaran
2. Isolasi social
3. Defisit perawatan diri


D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Isolasi Sosial : Menarik Diri TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
TUK :
1. pasien dapat membina hubungan saling percaya





























2. pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial





























3. pasien dapat berinteraksi dengan orang lain





1.1 pasien mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat

























1.2 pasien dapat menyebutkan penyebab dan tanda menarik diri


























1.3 pasien mampu berinteraksi dengan perawat, keluarga, dan pasien lain




1.1.1. membina hubungan saling percaya:
a. ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b. berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan perwat serta tanykan nama lengkap dan nama panggilan pasien
c. tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan dan tempat pelaksanaan kegiatan
e. jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi
f. tunjukkan sikap empati terhadap pasien setiap saat
g. penuhi kebutuhan dasar ppasien jika mungkin

1.2.1. membantu pasien mengenal penyebab isolasi social dengan cara:
a. tanyakan kebiasaan pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
b. tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
1.2.2. bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan manfaat jika pasien memiliki banyak teman
1.2.3. membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara sebagai berikut:
a. diskusikan kerugian jika pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
b. jelaskan pengaruh isolasi social terhadap kesehatan fisik pasien

1.3.1. membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara berhap Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya

























Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stress dan penyebab perasaan menarik diri
























• Mengeksplorasi perasi klien Sterhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan
• Untuk mengetehui perilaku menarik diri dilakukan dan dengan bantuan perawat bias membedakan perilaku konstruktif dan destruktif


No Pasien Keluarga
SP 1 P SP I K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi social
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP II P SP II K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi social
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada pasien isolasi social
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
SP III P SP III K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
E. Intervensi Keperawatan



F. TERAPI
1. TAKS (Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi)
Terapai aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan social.
Tujuan :
1. Klien mampu memperkenalkan diri
2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan
5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi kepada orang lain
6. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
7. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang dilakukan
Setting :
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Tape recorder
2. Kaset
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan pasien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Member salam terapeutik: salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi: menanyakan pasien saat ini
c. Kontrak:
1) Menjelasakan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri
2) Menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin keppada klien
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan hingga selesai
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kea rah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
b. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawan dengan arah jarum jam.
c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola dapat giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi dan asal yang dimulai oleh terapis sebagai contoh
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama da temple/pakai
e. Ulangi kegiatan b, c, d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member tepuk tangan.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan kepada klien setelah mengikuti TAK
2) Member pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain dikehidupan sehari-hari
2) Memasukkan kegiatan memperkenalakan diri pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok
2) Menyapakati waktu dan tempat

2. Terapi medik (linda carman copel,2007):
a. Obat antipsikotik member intervensi farmakologis untuk menangani gejala skizofrenia akut dan kronik dengan meredakan agitasi psikomotor, agresi, kegelisahan berat dan insomnia
b. Obat-obatan anti psikotik dapat menurunkan halusinasi, waham, dan gangguan pikiran setelah kadar terapeutik dalam darah tercapai
c. Pengobatan menurunkan perilaku kacau dan destruktif (gejala positif) dan memfasilitasi intrvensi terapeutik lain yang mengatasi gangguan rasa diri dan kurangnya hubungan dengan orang lain (gejala negative). Obat-obatan anti psikotik yang tidak khas, seperti klozapin (clozaril) dan risperidon (risperdal), menawarkan beberapa perbaikan gejala positif maupun negative. Oleh karena itu, kombinasi psikoterapi dan terapi obat direkomendasikan.
d. Monitor efek samping ektrapiramidal pada klien karena pengobatan dengan menggunakan antipsikotik dapat memblok reseptor dopamin pascasinaps di otak. Blockade reseptor ini dapat menyebabkan pseudoparkinsonisme dan efek ekstrapiramidal lain, seperti diskinesia Tardif. Untuk mengontrol efek samping ini, banyak klien mendapatkan obat-obatan antiparkinson.
G. Evaluasi
1. Pasien
a. Mampu menyebutkan penyebab isolasi social
b. Mampu menyebutkan manfaat berinteraksi dengan orang lain
c. Mampu menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mampu berkenalan dengan satu orang
e. Mampu berkenalan dengan dua orang atau lebih
f. Mampu Memiliki jadwal kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai satu kegiatan harian
g. Melakukan perbincangan dengan orang lain sesuai jadwal harian
2. Keluarga
a. Menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala isolasi social
b. Menyebutkan cara-cara merawat pasien isolasi social
c. Mendemonstrasikan cara merawat pasien isolasi social
d. Menyebutkan tempat rujukan yang sesuai untuk pasen isolasi sosial

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna & akemat.2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.EGC.Jakarta
http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-isolasi-sosial/ (diakses pada tanggal 28 november 2010).


Komentar