Asuhan keperawatan sinusitis

A.    Pengertian
1.    Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostic atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan suatu penyakit manapun.
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa itu ada. Definisi ini berdasarkan dua pokok penting.
Pertama, perawat percaya kepada pasien saat mereka menunjukan bahwa mereka merasakan nyeri. Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau sumber yang dapat diidenfitikasi. Meskipun beberapa sensasi nyeri dihubungkan dengan status mental atau status psikologis, pasien secara nyata merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya membahayakan saja. Kebanyakakan sensasi nyeri adalah akibat stimulasi fisik dan mental atau stimulasi emosional. Oleh Karena itu, mengkaji nyeri individu mencakup pengumpulan informasi tentang penyebab fisik dari nyeri fisik juga factor mental atau emosional yang mempengaruhi persepsi individu terhadap nyeri. Intervensi keperawatan diarahkan kepada kedua komponen tersebut.
Pokok penting yang selalu diingat adalah apa yang “dikatakan” pasien tentang nyeri adalah tidak pada pernyataan verbal. Beberapa pasien tidak dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal bahwa mereka mengalami nyeri. Karenanya, perawat juga bertanggung jawab terhadap pengamatan perilaku nonverbal yang dapat terjadi bersama nyeri.
Meskipun penting artinya untuk mempercayai pasien yang melaporkan nyeri, yang juga sama pentingnya adalah untuk waspada terhadap pasien yang menagbaikan nyeri saat nyeri terjadi. Seorang perawat yang menduga nyeri pada pasien yang menyangkal nyeri harus menggali bersama pasien penalaran terhadap dugaan nyeri, seperti kenyataan bahgangguan atau prosedur biasanya menimbulkan nyeri, atau bahwa pasien meringis saat bergerak atau menghidari gerakan. Menggali kemungkinan alasan mengapa pasien mengabaikan rasa nyeri adalah juga sangat membantu. Banyak orang yang menyangkal nyeri yang dideritanya karena merasa takut dengan pengobatan atau tindakan yang mungkin terjadi jika merasa mengeluh atau takut menjadi ketergantungan terhadap opioid (narkotik) jika obat-obat ini di berikan untuk mengatasi nyerinya.
2.    Definisi Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinusi paranasal. Bila terjadi pada beberapa sinus, disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai seluruhnya disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena adalah sinus maksila kemudian etmoid, frontal, dan sphenoid. Hal ini disebabkan sinus maksila adalah sinus yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, dasarnya adalah dasar akar gigi sehingga dapat berasal dari infeksi gigi, dan ostiumnyaterletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga sering tersumbat.
Menurut Adams, berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi atas :
·         Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu,
·         Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu sampai beberapa bulan,
·         Sinusitis kronik, bila infeksi beberapa bulan sampai beberapa tahun (menurut Cauwenberge, bila sudah lebih dari tiga bulan).
Berdasarkan gejalanya disebut akut bila terdapat tanda-tanda radang akut, subakut bila tanda akut sudah reda dan perubahan histologik mukosa sinus masih reversible, dan kronik bila perubahan tersebut sudah ireversibel, misalnya menjadi jaringan granulasi polipoid.
B.    Etiologi
Penyebabnya dapat virus, bakteri atau jamur. Menurut Gluckman, kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza yang ditemukan pada 70% kasus.
Dapat disebabkan rinitis akut; infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1, P2; berenang dan menyelam; trauma; dan barotrauma.
Factor predisposisi obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung, tumor, atau polip. Juga rinitis alergi, rhinitis kronik, polusi lingkungan, udara dingin dan kering.
Pada anak, hipertrofiadenoid merupakan factor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektmi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofiadenoid dapat didiagnosis dengan foto polos leher dengan posisi lateral
Factor lain yang paling berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin, dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukos adan merusak silia.
C.   Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya kliens mukosiliar (muccociliary clearance) di dalam kompleks ostio-meatal (KOM). Mucus juga mengandung substansi antikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernapasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak ostium untuk tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena da factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polifoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini memungkinkan diperlukan tindakan operasi.
D.   Manifestasi klinis
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas (terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari 7 hari.
Gejala subjektif terbagi atas gejala sistemik, yaitu demam dan rasa lesu, serta gejala local, yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir kena nasfaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain. Pada sinusitis maksila, nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa di gigi. Nyeri alih di rasakan di dahi dan didepan telinga. Pada sinusitis etmoid, nyeri di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bola mata atau belakangnya, terutama bila mata digerakkan. Nyeri alih dipelipis pada sinusitis frontal, nyeri terlokalisasi di dahi atau diseluruh kepala. Pada sinusitis sphenoid, rasa nyeri di verteks, oksipital, retro orbital, dan disfeniod.
Gejala objekitf, tampak pembengakakan di daerah muka. Pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis etmoid jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi, anterior tampak mukosa konka tipe remesis dan edema. Pada sinusitis maksila, frontal dan etmoid anterior tampak mukokus di meatus medius. Pada sinusitis posterior dan pada sphenoid, tampak nanah keluar dari meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak mukokus dinasofaring (post nasal drip). Pada anak dengan demam tinggi (>390C), ingus purulen, dan sebelumnya menderita infeksi saluran nafas atas, patut dicurigai adanya sinusitis akut, terutama jika tampak edema, periorbital  yang ringan. Khusus pada anak-anak gejala batuk lebih hebat disiang hari tetapi terasa sangat menganggu disiang hari, kadang disertai serangan mengi.
Keluhan sinusitis akut pada anak kurang spesifik dibandingkan dewasa. Anak sering tidak mengeluh sakit kepala dan nyeri muka. Biasanya yang terlibat hanya sinus maksila dan etmoid.
E.    Pemeriksaan penunjang
Transiluminasi adalah pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya diragukan. Terutama berguna untuk evaluasi dan wanita hamil, untuk menghidarai bahaya radiasi. Bermakna bila hanya satu sisi sinus sakit, seihngga tampak lebih suram dibandingkan sisi yang normal. Penialain di lakuakna dengan memberikan tanda positif + untuk normal sampai +++ untuk suram. Dialkukan untuk sinus maksila dan sinus frontal. Untuk sinus maksila, lampu dimasukan kedalam mulut dan bibir dikatupkan, pada sinus normal tampak gambaran bulan sabit yang terang di bawah mata. Untuk sinus frontal, lampu diletakkan disudut medial atas orbital dan terlihat gambaran cahaya di dahi. Pemeriksanan fotorongen yang dibuat, yaitu posisi waters, poteroanterior (PA), dan lateral. Dengan posisi ini maka pada sinusitis akan tampak persinggungan dan penebalan mukosa dan gambaran air fluid level. Dapat dilakukan pemeriksaan kultur kuman dan uji resistensi dari secret rongga hidung.
F.    Diagnosis Banding
·         Rhinitis atrofi
·         Karsinoma hidung dan
·         Benda asing di rongga hidung.
G.   Penatalaksanaan
Diberikan medikamentosa berupa antibiotic selama 10-14 hari, namun dapat diperpanjang sampai semua gejala hilang. Pemilihanya hamper selalu empiric karena nasal tidak dapat diandalkan dan aspirasi sinus maksila merupakan kontra indikasi. Jenis amoksisilin, ampicilin, eritromizin, sefaklormonohidrat, asetil suforoksin, trimetoprin, sulfametoksazol, amoksisilin asam klafulanat dan klaritromizin telah terbukti secara klinis. Jika dalam 24-72 jam tidak ada perbaikan klinis, diganti dengan antibiotic untuk kuman yang menghasilkan Beta laksamase, yaitu amoksisilin atau ampicillin di kombinasi klavulanat.
Diberikan pula dekonestan untuk memperlancar drainase sinus. Dapat diberikan topical maupun sistemik. Khusu yang topical harus di batasi sampai 5 hari untuk menghindari terjadinya rhinitis medikamentosa. Dekongestan sistemik yang sering digunakan hanya 2 jenis yaitu pseudoefedrin dan fenilpropanolamin. Efek sampingnya adalah stimulasi susunan saraf pusat dan kardiovaskuler, serta peningkatan tekanan darah dengan hipertensi yang labil. Sebaiknya jangan diberikan sebagai dosis malam hari dan kurangi dosis bebrapa jam sebelum tidur.
Pemberian anti histamine pada sinusitis akut purulen tidak dianjurkan, karena merupakan penyakit infeksi dan dapat menyebabkan secret menjadi kental dan menghambat drainase sinus.
Bila perlu, diberikan analgesik untuk menghilangkan nyeri, mukolitik untuk mengencerkan secret, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan fibrin.
Pemberian steroid intranasal antara lain beklometazon, flunisolid, dan triamnisolon, kadang diperlukan untuk mengurangi edema di daerah kompleks osteomeatal, terutama bila dicetuskan oleh alergi. Hanya efektif bilsa mencapai daerah drainase sinus dan memerlukan waktu pemakaian sebelum ada efek klinis. Kadang diperlukan steroid sistemik untuk meningkatkan respon klinis pada terapi, namun harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Dapat dilakukan irigasi nasal dengan NaCl untuk membantu pemindahan sekret kental dari sinus kerongga hidung. Jarang dikerjakan pada anak kecuali jika terapi antibiotic tidak berhasil atau terancam komplikasi sinusitis.
Pada sinusitis akut, mukosa sinus masih refersibel, sehingga diharapkan sembuh. Tindakan yang diambil ialah tindakan konserfatif, kecuali ada komplikasi keorbital atau intracranial atau nyeri yang hebat akibat tertahannya secret akibat hambatan, sehingga perlu dirujuk untuk dilakukan tindakan bedah.

KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.    Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
2.    Riwayat Penyakit sekarang : penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan terasa panas, bicara bendeng.
3.    Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
4.    Riwayat penyakit dahulu :
·         Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
·         Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
·         Pernah menedrita sakit gigi geraham
5.    Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6.    Riwayat spikososial
·         Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
·         Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
7.    Pola fungsi kesehatan
·         Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
·         Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
·         Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
·         Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
·         Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
8.    Pemeriksaan fisik
·         status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
·         Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).

B.    Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
2.    Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi)
3.    Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental
4.    Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung
5.    Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
6.    Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

C.   Intervensi
1.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
·         Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
·         Klien tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi :
·         Kaji tingkat nyeri klien
R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
·         Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
·         Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
·         Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
·         Kolaborasi dengan tim medis :
o   Terapi konservatif :
§  Obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung
§  Drainase sinus
o   Pembedahan :
§  Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris
§  Operasi Cadwell Luc
R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien
2.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria hasil:
·         Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
·         Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
·         Kaji tingkat kecemasan klien
R/: Menentukan tindakan selanjutnya
·         Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
o   Temani klien
o   Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)
R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
·         Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
·         Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
o   Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
o   Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
·         Observasi tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini.
·         Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
3.    Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan
Kriteria hasil :
·         Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
·         Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi :
·         Kaji penumpukan secret yang ada
R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
·         Observasi tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
·         Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret
R/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah

D.   Implementasi
1.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.
o   Kaji tingkat nyeri klien.
o   Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya.
o   Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
o   Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.
o   Kolaborasi dngan tim medis :
*      Terapi konservatif :obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung, drainase sinus.
*      Pembedahan :
- Irigasi Antral :Untuk sinusitis maksilaris
- Operasi Cadwell Luc.
§  Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
§  Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri.
§  Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri.
§  Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
§   Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien.
2.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi).
1.    Kaji tingkat kecemasan klien.
2.    Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
§  Temani klien
§  Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien ).
§  Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti.
3.    Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
§  Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang.
§  Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan.
4.     Observasi tanda-tanda vital.
5.     Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis :
§  Menentukan tindakan selanjutnya.
§  Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan.
§   Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif.
§  Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
§   Mengetahui perkembangan klien secara dini.
§   Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
3.    Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus.
a.    Kaji penumpukan secret yang ada.
b.    Observasi tanda-tanda vital.
c.    Kolaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret :
§  Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
§   Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.
d.    Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah.
4.    Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus.
a.    kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
b.    Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.
c.    Catat intake dan output makanan klien.
d.    Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering.
e.    Sajikan makanan secara menarik.
§  Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
§  Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan pemenuhan nutrisi.
§  Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien.
§  Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.
§  Mengkatkan selera makan klien.
5.    Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan.
a.    kaji kebutuhan tidur klien.
b.    Ciptakan suasana yang nyaman.
c.    Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
d.    Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
§  Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
§  Agar klien dapat tidur dengan tenang.
§  Pernafasan tidak terganggu.
§  Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung.
E.    Evaluasi
1.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.
·         Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.
·         Klien tidak menyeringai kesakitan
2.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi).
·         Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya.
·         Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
3.    Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus.
·         Klien tidak bernafas lagi melalui mulut.
·         Jalan nafas kembali normal terutama hidung.
4.    Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus.
·         Klien menghabiskan porsi makannya.
·         Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah.
5.    Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan.
·         Klien tidur 6-8 jam sehari.

Komentar

  1. artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...

    http://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya